Rabu, 17 Maret 2010

pragmatik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Semiotik merupakan ilmu yang mempelajari tanda, lambing, dan simbol. Tnda yang termasuk linguistik adalah bahasa, sedangkan tanda yang tidak termasuk linguistik/di luar linguistik berupa gambar dan benda. Semiotik terdiri dari tiga cabang, yaitu : sintaksis (ilmu yang mempelajari hubungan antarkata), semantik (ilmu yang mempelajari makna kata leksikal dan gramatikal), dan pragmatik (ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda dan penggunaannya). Jadi, pragmatik mengkaji bahasa dalam bentuk tutur.
Istilah pragmatik, walaupun sudah diperkenalkan oleh Charles Morris tahun 1938, perkembangannya menunggu sekian puluh tahun barikutnya. Perkembangan itu diawali dari reaksi terhadap teori linguistik struktural Bloomfield, yang menyisihkan makna, dan terhadap teori linguistik struktural Chomsky, yang mendepak tutur dan menekankan kaidah-kaidah bahasa daripada pelaksanaan kaidah tersebut.
Pragmatik sebagai disiplin ilmu baru harus mempunyai identitas sendiri. Hal ini cukup berat karena pragmatik bersinggungan dengan linguistik umum atau gramatika, sosiolinguistik, dan semantik. Sosiolinguistik yang mengaitkan kalimat dengan pengguna dan penggunaan bahasa, melihat segi sosial baik dalam arti yang sempit atau arti yang luas. selain harus memiliki identitas sendiri, pragmatik juga memiliki beberapa faktor yang berpengaruh dalam kajiannya. Pragmatik hanya membahas segi penggunaan bahasa yang sempit, yaitu situasi tutur. Pragmatik melihat kalimat sebagai ujaran dalam suatu komunikasi nyata, sesuai konteks.
Oleh sebab itu, kami akan membahas mengenai faktor yang berpengaruh dalam kajian pragmatik yang terdiri dari teks dan konteks serta situasi tutur. Pembahasan tersebut akan dijabarkan secara singkat dalam BAB II.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan teks dan konteks ?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan situasi tutur ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teks dan konteks
1.3.2 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan situasi tutur

1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari makalah ini yaitu :
1.4.1 Bagi mahasiswa, khususnya jurusan Bahasa Indonesia, makalah ini dapat dipakai pedoman dan referensi dalam memahami mata kuliah pragmatik
1.4.2 Bagi pembaca secara umum, makalah ini dapat digunakan sebagai penuntun dalam mendalami dan memandang bahasa sebagai tanda yang berhubungan dengan penggunaannya dalam konteks interaksi yang terjadi secara alami (maksud)








BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teks dan Konteks
Konteks, jika dilihat dai segi semantik berarti ada sebelum dan atau sesudah kata, frasa, atau bahkan ujaran yang lebih panjang (dari frasa, yaitu klausa, kalimat), atau teks. Jadi, konteks bisa berarti “yang melingkungi”. Misalnya, kata makan dapat berada di dalam konteks verbal, konteks yang berwujud bahasa, yaitu di belakang kata akan, atau di depan kata pisang, membentuk frasa akan makan dan makan pisang, atau di tengah-tengah keduanya, akan makan pisang. Dalam hal ini, makan adalah butir leksikal (dalam bentuk kata) yang akan dicari maknanya, sedangkan kata akan dan pisang adalah konteksnya. Frasa akan makan dapat berada di belakang kata seperti saya, dia, mereka, akan membentuk kalimat seperti Saya akan makan. Bisa juga di depan bentukan lain yang membangun kalimat seperti Baru akan makan pun tak diijinkan. Dalam hal ini akan makan ialah butir gramatikal (dalam bentuk frasa) dan saya – dan Baru – pun tidak diijinkan adalah konteksnya. Jadi, dapat dikatakan bahwa tiap kata dapat dicarikan konteks yang memungkinkan, dan tiap kata dapat menjadi konteks bagi kata yang lain.
Kalimat Saya akan makan dapat juga terjadi dalam sebuah percakapan berikut.
A : “Apa yang kamu lakukan?”
B : “Saya akan makan”
A : “Waduh, nasinya habis”
Dalam hal ini, kedudukan kalimat tersebut adalah ujaran dari B. Dipandang dari konteks verbal, dua ujaran A yang mengapit ujaran B merupakan konteksnya. Ujaran B tersebut sebagai jawaban atas pertanyaan A. Dalam percakapan tersebut jelas ada penutur = N (yang bertutur) dan petutur = T (yang diajak bertutur, lawan tutur), yaitu A dan B, keduanya adalah partisipan (orang-orang yang terlibat di dalam percakapan). Ada pula topik yang dipercakapkan yaitu tentang makan. Semua itu membentuk konteks situasi.
Konteks itu, verbal atau situasi, dapat mempengaruhi makna sebenarnya dari sebuah kata, frase, kalimat, atau ujaran. Makna yang berdasarkan konteks itu disebut makna kontekstual. Menurut Richards, makna kontekstual adalah makna suatu butir leksikal (kata) atau butir gramatikal (frase, kalimat) di dalam konteks. Contohnya pada kalimat tanya, “Tahukah kamu apa artinya perang?” dapat mempunyai dua makna kontekstual: (1) dapat bermakna, “Kamu tahu makna kata perang?” jika diucapkan oleh guru bahasa kepada muridnya di kelas dalam pelajaran kosa kata dan jawabannya mungkin “perang ialah pertempuran antara dua kelompok yang menggunakan senjata”, dan (2) dapat bermakna, “perang berarti kematian, kehancuran, dan penderitaan”, jika diucapkan, misalnya, oleh seorang petran perang, yang cacat karena perang dan yang kehilangan bapak dan ibunya serta istrinya, kepada seorang politikus yang suka perang.
D.A.Cruse memakai istilah konteks linguistik (konteks bahasa) untuk konteks verbal, dan konteks ektralinguistik (konteks di luar bahasa) untuk konteks situasi. Dia agak berkeberatan jika konteks ekstralinguistik itu dimasukkan untuk menentukan makna. Alasannya, (1) hubungan antara butir leksikal atau butir gramatikal dengan konteks ekstralinguistik itu sering ditengahi oleh konteks bahasa murni (tanpa hal-hal di luar unsur bahasa), (2) tiap segi konteks ekstralinguistik pada prinsipnya dapat diungkapkan dengan menggunakan bahasa, (3) konteks bahasa lebih mudah dikontrol (dikendalikan) dan mudah dimanipulasikan (artinya kita dapat memberikan penjelasan dengan mengutak-atik bahasa).
Teks adalah sepotong bahasa lisan atau tertulis. Contoh-contoh di atas, akan makan, saya akan makan, dan saya akan makan tetapi nasinya habis. Semua itu adalah teks tertulis. Contoh teks lisan adalah percakapan antara A dan B. Jika kita melihat dari sudut bahasanya saja, maka konteks dalam contoh tadi adalah ujaran A, sedangkan ujaran B adalah butir gramatikal. Jadi, teks itu dapat dirumuskan menjadi : konteks + butir gramatikal/leksikal. Teks, menurut Rhicards, dapat dianalisis dari sudut pandang struktur dan atau fungsinya. Dari segi struktur, kita mengatakan bahwa butir leksikal (akan) dan butir gramatikal (akan makan, saya akan makan) berada di tengah, depan, atau belakang konteks. Dari sudut fungsi, kita dapat mengatakan, misalnya, tentang pertanyaan, perintah, peringatan, dan sebagainya. Misalnya, dalam contoh percakapan di atas, ujaran A berfungsi bertanya, disusul ujaran B yang berfungsi sebagai jawaban, diakhiri dengan ujaran A yang kedua sebagai pemberitahuan sekaligus berfungsi sebagai pernyataan kecewa karena tidak dapat menyediakan makan bagi B. Dari sudut konteks bahasa, kita dapat mengatakan, misalnya, kata akan berfungsi menjelaskan predikat.

2.2 Situasi Tutur
Pragmatik adalah sebuah studi kebahasaan yang terikat konteks. Untuk itu leech (1983) mengungkapkan bahwa pragmatik studies meaning in relation to speech situation. Untuk memperjelas batasan ini terlebih dahulu dapat simak kalimat (9) dan (10) berikut:
(9) letaknya jauh dari kota
(10) temboknya baru dicat
Secara formal, tanpa mempertimbangkan konteks pemakaian kalimat (9) dan (10) di atas adalah kalimat deklaratif. Sebagai kalimat deklaratif, (9) dan (10) berfungsi untuk menginformasikan sesuatu, yakni tempat yang bersangkutan jauh dari kota dan tembok yang dibicarakan itu baru dicat. Akan tetapi bila konteks keberadaan kalimat itu dipertimbangkan secara seksama, kedua kalimat di atas memungkinkan dipergunakan untuk menyatakan maksud lainnya.
Contohnya,
(11) +kita berangkat ke Sanur hari Minggu, Ya?
- letaknya jauh dari kota. Rumahku kosong. Orang tuaku sedang tidak di rumah.
(12) telah dibuka warung sate Tegal. Letaknya jauh dari kota. Hawanya segar. Tempat parkirnya luas.
Tuturan letaknya jauh dari kota dalam (11) berfungsi secara tidak langsung menolak ajakan lawan tutur, sedangkan dalam (12) membujuk lawan tutur dalam hal inicalon konsumen dengan secara tidak langsung mengatakan bahawa warung sate itu tenang, jauh dari keramaian kota, bebas polusi dan lai sebagainya.
Dari apa yang teruarai dalam pernyataan di atas, jelas bahwa sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya (Sperber & Wilson, 1989). Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech (1983) mengemukakan sejumlah aspek yang senantiasa harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah:
1. Penutur dan lawan tutur
Konsep penutur dan lawan tutur ini juga mencakup penulis dan pembaca bila tuturan bersangkutan dikomunikasikan dengan media tulisan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan penutur dan lawan tutur ini adalah usia, latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat keakrban, dsb.
2. Konteks tuturan
Konteks tuturan penelitian linguistikisik adalah konteks dalam semua aspek fisik atau seting sosial yang relavan dari tuturan bersangkutan. Konteks yang bersifat fisik lazim disebut koteks (cotex), sedangkan konteks seting sosial disebut konteks. Di dalam pragmatik konteks itu pada hakikatnya adalah semua latar belakang pengetahuan (back ground knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur.
3. Tujuan tuturan
Di dalam pragmatik berbicara merupakan aktivitas yang yang beroriaentasi pada tujuan. Bentuk-bentuk selamat pagi, pagi dan mat pagi dapat digunakan untuk menyapa lawan tutur atau dapat pula mengejek seseorang yang kesiangan. Jadi ada perbedaan yang mendasar antara pandangan pragmatik yang bersifat fungsional dan dengan pandangan yang bersifat formal, setiap bentuk lingual yang berbeda tentu memiliki makna yang berbeda. Selain itu, dengan criteria yang ketiga ini kalimat-kalimat anomaly, seperti Jono dipermainkan bola dan mobil saya hanya gerobak dapat diterangkan. Kalimat-kalimat ini secara berturut-turut digunakan untuk mengungkapkan maksud bahwa Jono tidak pandai bermain bola dan merendahan diri agar kedengarannya sopan di telinga lawan tuturnya. Tuturan Mobil saya hanya gerobak dipandang jauh lebih sopan di dalam situasi tutur tertentu daripada Mobil saya bagus sekali atau Mobil saya Ferari.
4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas.
Bila gramatika menangani unsure-unsur kebahasaan sebagai entitas yang abstrak, seperti kalimat dalam studi sintaksis, proposisi dalam studi semantik, dsb., pragmatik berhubungan dengan tindak verbal yang terjadi dalam siuasi tertentu. Dalam hubungan ini pragmatik menangani dalam tingkatannya yang lebih kongkret disbanding dengan tata bahasa. Tuturan sebagai entitas yang kongkret jelas penutur dan lawan tuturnya, serta waktu dan tempat pengutaraannya.
5. Tututran sebagai tindak verbal
Tuturan yang dugunakan di dalam rangka pragmatik, seperti yang dikemukakan dalam criteria keempat merupakan bentuk dari tindak tutur. Oleh karenanya, tuturan yang duhasilkan merupakan bentuk dari tindak verbal. Sebagai contoh kalimat apakah rambutmu tidak terlalu panjang? Dapat ditafsirkan sebagai pertanyaan atau perintah. Dalam hubungan ini dapat ditegaskan ada perbedaan mendasar antara kalimat dengan tuturan. Kaliamt adalah entitias gramatikal sebagai hasil kebahasaan yang diidentifikasikan lewat penggunaannya dalam situasi tertentu.








BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa faktor yang berpengaruh dalam kajian Pragmatik terdiri dari teks dan konteks serta situasi tutur. Konteks merupakan “yang melingkungi” suatu ujaran. Konteks terdiri dari dua bagian, yaitu konteks situasi dan konteks verba melingkungi. Konteks verbal menunjukkan ujaran yang digunakan penutur dan petutur, sedangkan konteks situasi adalah semua yang melingkungi ujaran tersebut, baik itu topik ujaran, penutur, dan petutur. Teks adalah sepotong bahasa lisan atau tertulis. Teks, menurut Rhicards, dapat dianalisis dari sudut pandang struktur dan atau fungsinya. Dari segi struktur, kita mengatakan bahwa butir leksikal (akan) dan butir gramatikal (akan makan, saya akan makan) berada di tengah, depan, atau belakang konteks. Dari sudut fungsi, kita dapat mengatakan, misalnya, tentang pertanyaan, perintah, peringatan, dan sebagainya.
Sebuah tuturan tidak senantiasa merupakan representasi langsung elemen makna unsur-unsurnya (Sperber & Wilson, 1989). Sehubungan dengan bermacam-macam maksud yang mungkin dikomunikasikan oleh penuturan sebuah tuturan, Leech (1983) mengemukakan sejumlah aspek yang harus dipertimbangkan dalam rangka studi pragmatik. Aspek-aspek itu adalah: penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, tuturan sebagai tindak verbal.
3.2 SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan kepada pembaca, agar ikut berpartisipasi dalam mengoreksi makalah ini, baik dalam bentuk kritik maupun saran, untuk menyempurnakan makalah ini. Karena, kami menyadari, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, yang disebabkan keterbatasan pengetahuan kami mengenai Pragmatik. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. 2007. Buku Ajar Pragmatik. Singaraja : Undiksha.
Wijana, Dewa Putu. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi Offset.

makalah tentang bumi dan alam semesta

BUMI

1. Pandangan Geosentris dan Heliosentris
Pandangan atau Hipotesis Geosentris dikemukakan oleh Ptolomeus tahun 70-174 sebelum masehi yang memandang bumi sebagai pusat alam semesta dengan menjelaskan gerak bulan, planet dan matahari ini dengan menempatkan lingkaran-lingkaran kecil pada gerak planet, matahari dan bulan pada lapisan yang berorientasi mengelilingi bumi. Pandangan ini dibantah oleh Covernicus 1473-1543 yang mengemukakan suatu sistem atau Hipotesis Heliosentris dengan menempatkan matahari sebagai pusat tata surya. Covernicus memandang gerak planet-planet ini berbentuk lingkaran mengintari matahari termasuk juga bumi. Susunan planet-planet dalam sistem tata surya, dimulai dari planet yang terdekat dengan matahari yaitu Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Sarturnus, Uranus, dan Pluto.
2. Bumi sebagai planet
Bumi mengorbit matahari dalam lintasan berbentuk elips ( Hukum Keppler I ) pada jarak rata-rata 149,6 juta kilometer atau 93 juta mil. Karena lintasannya berbentuk elips maka jarak matahari dan bumi selalu berubah-ubah. Perubahan jarak matahari bumi dalam satu tahun adalah sekitar 3 juta mil.

2.1 Bagian-Bagian Bumi
Bumi ternyata memiliki beberapa lapisan. Lapisan itu dimulai dari,
2.1.1 Inti Bumi (Barisfer atau Centrosfer). Inti bumi terdiri dari bagian yaitu : Mantel (tebalnya 1800 mil), Inti Luar (tebalnya 1360 mil), dan Inti Dalam (tebalnya 815 mil). Berat jenis inti bumi diperkirakan 10, 7 sedangkan berat jenis Litosfer rata-rata 2, 8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ini bumi lebih berat dari kulit bumi. Pengaruh panas matahari hanya terasa paling dalam 20 m dibawah permukaan bumi. Setelah 20 m ke bawah temperaturnya telah konstan (tidak lagi dipengaruhi musim panas dan musim dingin). Akan tetapi, makin masuk ke dalam bumi temperaturnya makin tinggi. Ada beberapa alasan tentang kenapa Barisfer atau Inti Bumi dikatakan padat. Yang pertama, bila seandainya barisfer itu cair, maka tentu akan terjadi pasang naik dan pasang surut, yang mungkin akan mengakibatkan permukaan bumi kembang kempis. Yang kedua getaran-getaran gemba di Jepang dapat diukur di Inggris dengan alat-alat yang alus. Sifat tersebut menunjukan bahwa inti bumi padat. Inti bumi menyebabkan adanya sifat kemagnetan. Bumi merupakan magnet raksasa dengan kutub utara magnet terletak dibagian selatan bumi dan kutub selatan magnet terletak dibagian utara bumi meskipun ternyata tidak tepat betul pada kutub bumi, yang menyimpang 17 derajat dilihat dari pusat bumi.
2.1.2 Kulit Bumi (Litosfer) adalah bagian bumi yang fital bagi kehidupan manusia berupa benua, daratan, pulau-pulau tempat tinggal dan tempat melangsungkan kehidupan manusia. Lapisan litosfer terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan sial (silisium dan aluminium) dengan berat jenis rata-rata 2, 65, dan lapisan sima (sisilium dan magnesium) dengan berat jenis rata-rata 2, 9. Kulit bumi terdiri dari zat padat yang disebut batuan. Menurut kejadiannya batuan dibedakan atas 3 golongan yaitu :


a. Batuan Beku
Terjadi dari magma yang cair dan panas, membeku di dalam atau di luar bumi akibat temperaturnya turun. Menurut tempa terbentuknya, dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku luar (magma yang cair dan panas keluar dari kawah gunung berapi saat meletus dan bersentuhan dengan udara yang temperaturnya lebih rendah dipermukaan bumi, akibatnya magma tadi membeku menjadi batuan), Batuan beku sela (magma yang membeku dijalan keluar muka bumi) dan batuan beku dalam (magma yang membeku di dalam bumi)


b. Batuan Sedimen (Endapan)
Angin. Air, es mengkikis batuan dan hasil kikisannya diendapkan ditempat lain. Ditempat baru ini, hasil kikisan diendapkan. Hasil kikisan ini, ada yang tetap gembur, ada yang menjadi keras karena tekanan dari lapisan diatasnya. Contoh yang tetap gembur, antara lain : Pasir pantai dan pasir sungai, sedangkan yang mengeras contohnya : konglomrat dan batuan pasir
c. Batuan Metamorf (malihan)
Batuan sidemen maupun batuan beku yang telah mengalami perubahan sifat, karena suhu yang tinggi atau tekanan yang berat. Contohnya batu pualam
2.1.3 Lapisan air (Hidrosfer) adalah semua perairan yang ada di bumi yaitu samudra, lautan, sungai, danau dan air tanah
2.1.4 Lapisan udara (Atmosfer)
Atmosfer terdiri dari uap, udara, sphira bulatan yang menyelimuti bumi. Berdasarkan sifatnya, lapisan udara dibagi dalam beberapa lapisan
a. Troposfer
Didaerah tropika tinggi troposfer bisa mencapai 18 km sedangkan didaerah kutub tinggi troposfer hanya 6 km. Gejala cuaca sehari-hari seperti awan, embun, hujan, salju, angin terjadi pada lapisan ini. Pada lapisan ini terdapat gejala “Lapse rate” artinya setiap naik 100 m suhu akan turun rata-raa 0, 6 derajat C.
b. Stratosfer
Lapisan udara diatas tropopause disebut stratosfer. Kenaikan suhu pada kenaikan ini disebabkan oleh lapisan ozon yang menyerap radiasi ultra violet dari matahari. Stratosfer bagian atas dibatasi oleh stratohouse yang terletak pada ketinggian 60 km. Lapisan diatas stratopaus disebut mesosfer yang terletak pada ketinggian 60 km-80 km.
c. Masosfer
Pada lapisan ini ditandai dengan penurunan suhu rata-rata 0, 4 derajat C setiap naik 100 m. Bagian atas mesosfer dibatasi mesopause, lapisan pada atmosfer yang paling rendah kira-kira -100 derajat C terletak pada ketinggian 85 km. Di atas mesopaus terdapat lapisan atmosfer yang terletak pada ketinggian 85 km-300 km. suhu pada lapisan ini, dari -100 derajat C – ratusan bahkan ribuan derajat.
d. Termosfer
Lapisan ini dibatasi oleh termospause yang terletak pada ketingian 300 km- 1000 km. Suhu termopause konstan terhadap ketinggian, tetapi berubah dengan waktu. Pada malam hari suhu berkisar antara 300 – 1200 derajat Celcius dan pada siang hari antara 700 – 1700 derajat Celcius.
e. Iniosfer
Merupakan lapisan udara di atas stratosfer dengan ketinggian lebih dari 80 km, terbagi menjadi daerah D yaitu antara 80-88 km, daerah E antara 88-160 km, dan daerah F di atas 160 km. pada lapisan ini tekanan udara sudah sangat rendah, dan semua molekul gas diubah menjadi ion-ion oleh pancaran sinar matahari dan kosmik. Iniosfer ini amat penting bagi komunikasi, oleh karena lapisan ini mampu memantulkan gelombang radio.

2.1.5 Biosfer
Adalah bagian dari bumi yang di dalamnya dijumpai organisme hidup. Daerah ini meliputi kedalaman beberapa meter sampai 6-7 km dan ketinggian 6-7 km dari permukaan laut. Populasi yang terpadat terletak di dalam daerah dekat permukaan bumi sampai kedalaman 170 meter dari permukaan laut.

3. Gerak Rotasi, Revolusi, dan Gravitasi.
Bumi berputar pada porosnya dengan arah barat-timur dan sekali putaran memerlukan waktu 23 jam 56 menit 4 detik. Gerak bumi berputar pada porosnya disebut rotasi bumi. Akibat Rotasi Bumi yaitu: gerak semu matahari, pergantian siang dan malam, pembiasan arah angin dan arus laut, perbedaan waktu pada suatu tempat, bentuk bumi bulat pepat. Bumi disamping berputar pada porosnya, juga berputar mengitari matahari dan sekali berputar memerlukan waktu 365,25 hari, gerakan bumi berputar mengitari matahari disebut Revolusi Bumi. Akibat adanya Revolusi bumi adalah di daerah sebelah utara garis balik utara dan sebelah selatan mengalami empat musim, perbedaan lamanya siang dan malam, pada musim panas siang hari lebih panjang daripada malam, sebaliknya pada musim dingin malam hari lebih panjang daripada siang harinya.
Bumi mempunyai gaya berat dan gaya berat tersebut dinamakan gravitasi. Akibat gravitasi bumi adalah materi di bumi mempunyai bobot, sehingga tidak melayang-layang, makin kearah kutub bobot suatu materi akan semakin besar karena jari-jari bumi kearah kutub menjadi pendek, terlihat rasi bintang yang beredar dari bulan ke bulan.
Bumi (bahasa Inggeris:Earth) merupakan planet ketiga daripada matahari. Ia juga boleh dirujuk sebagai Bumi, Planet Bumi atau Terra. Rumah kepada jutaan spesies, termasuklah manusia, bumi juga merupakan satu-satunya tempat di dalam semesta di mana kehidupan diketahui wujud. Pembuktian saintifik menunjukkan bahawa planet ini telah terbentuk kira-kira 4.54 bilion tahun yang lalu,[3][4][5][6] dan kehidupan muncul di permukaannya di dalam tempoh satu bilion tahun. Bumi dijangkakan telah berusia selama 4,600 juta tahun. Jarak purata Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer.
Bumi mempunyai lapisan udara dan medan magnet yang dipanggil magnetosfera yang melindung permukaan Bumi daripada angin suria, sinaran ultra merbahaya, dan radiasi dari angkasa lepas. Lapisan udara ini menyelitupi bumi sehingga ketinggian 700 kilometer dan yang selebihnya dianggap angkasa lepas. Lapisan udara ini dibahagi kepada Troposfera, Stratosfera, Mesosfera, Termosfera, dan Eksosfera. Lapisan ozon, setinggi 50 kilometer, wujud di lapisan Stratosfera dan Mesosfera dan melindungi bumi daripada sinaran ultra-lembayung. Perbezaan suhu permukaan Bumi adalah di antara -70°C sehingga 55°C bergantung kepada iklim tempatan. Sehari di Bumi bersamaan 24 jam dan setahun di bumi bersamaan 365.25 hari. Bumi mempunyai jisim seberat 59,760 juta juta tan, dengan luas permukaan 510 juta km persegi. Ketumpatan Bumi pada 5,500 kilogram setiap meter persegi digunakan sebagai unit perbandingan ketumpatan berbanding planet yang lain, dengan ketumpatan Bumi sebagai 1.
Bumi mempunyai garis pusat sepanjang 12,756 kilometer. Graviti Bumi diukur sebagai 10 N kg-1 dijadikan unit ukuran graviti planet lain, dengan graviti Bumi sebagai 1. Bumi mempunyai 1 satelit asli iaitu bulan. 70.8% permukaan bumi diseliputi air. Udara Bumi terdiri daripada 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% wap air, karbon dioksida, dan gas lain. Bumi dianggarkan mempunyai teras dalam bumi yang terdiri daripada besi nikel beku setebal 1,370 kilometer dengan suhu mencecah 4,500°C, diselitupi pula oleh teras luar yang cair setebal 2,100 kilometer, diselitupi pula oleh mantle silika padu setebal 2,800 kilometer membentuk 83% isipadu bumi, dan akhir sekali diselitupi oleh kerak batu silika hampir 100 kilometer tebal. Kerak bumi lebih nipis di dasar laut iaitu sekitar 5 kilometer. Kerak bumi terbahagi kepada beberapa bahagian dan bergerak melalui pergerakan plat tektonik (teori hanyutan benua) menghasilkan gempa bumi. Puncak tertinggi adalah gunung Everest setinggi 8,848 meter, dan lautan terdalam mencecah 10,924 m. Tasik tertinggi adalah tasik Titicaca, dan tasik terbesar adalah Laut Caspian. Lautan terbesar ialah Lautan Pasifik. Lebih 2/3 kawasan Bumi dilitupi oleh air dan 12% daripada kawasan Bumi merupakan padang pasir.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Bumi





ALAM SEMESTA
1. Terbentuknya Alam Semesta
Ada dua teori tentang terbentuknya alam semesta, yaitu:
a. Teori Ledakan (Big Bang)
Georges Lemaitre (1930) mengemukakan bahwa ada suatu massa yang sangat besar dengan berat jenis yang sangat besar, meledak dengan hebat, melemparkan semua jasad ke segala arah menjauhi pusat ledakan. Massa ini berserakan dan membentuk kelompok-kelompok dengan berat jenis yang lebih kecil yang disebut galaksi.
b. Teori Ekspansi – Kontraksi
Herman Bondi, Thomas Gold dan Fred Hoyle (1948) mengatakan bahwa alam semesta dalam keadaan diam hanya mengalami “masa Ekspansi” (mengembang), dan masa Kontraksi (mengkerut).
Selain teori di atas terdapat beberapa konsep yang digunakan manusia untuk mengungkap alam semesta,
*. Konsep Antroposentris, konsep ini muncul pada periode manusia menganggap dirinya sebagai pusat segalanya. Pada prinsipnya bahwa alam semesta dengan isinya berbaur dan menyatu dengan manusia, akhirnya muncul kepercayaan terhadap adanya dewa matahari, laut, dewa gunung, yang hingga saat ini masih banyak penganut konsep ini. Sebagai contoh konsep bangsa Babilonia yang menggambarkan alam semesta sebagai kubah tertutup dengan bumi sebagai lantainya.
*. Konsep Geosentris, konsep ini mengungkapkan bahwa yang menjadi pusat alam raya adalah bumi. Semua benda langit mengelilingi bumi yang diam. Penganut paham atau konsep Geosentris antara lain, Anaximander (awal abad 6 SM), Pytagoras (550 SM), Anaxagoras (428-488 SM), Eudoxus (408-355 SM), Aristoteles (322 SM), Aristarchus (250 SM), Eratosthenes (276-195 SM), dan Hipparchus (190-220 SM).
*. Konsep Heliosentris, Nicolaus Copernicus (1543)menyatakan bahwa yang menjadi pusat perputaran alam semesta bukan bumi melainkan matahari. Bruno (1548-1601) menyatakan lebih lanjut terdapat bintang yang berserakan di langit alam semesta yang tak terbatas. Johanes Keppler (1609) menyatakan bahwa planet-planet bergerak mengelilingi matahari dalam orbit berbentuk elips.
*. Konsep Galaktosentrik (1920), menyatakan pusat alam semesta bukan lagi bumi dan matahari, melainkan di alam semesta banyak dijumpai galaksi.
*. Konsep Asentris, di alam semesta tidak perlu lagi adanya pusat-pusatan, berarti semuanya harus dianggap beredar dalam konstelasi alamiah.
2. Terbentuknya Galaksi, ada satu hipotesis tentang terbentuknya galaksi, yaitu hipotesis Fowler (1957), yang menyatakan di alam semesta ada kabut gas hidrogen yang besar selaki bergerak perlahan mengadakan rotasi hingga berbentuk bulat, karena gaya beratnya ia berkontraksi. Akibat gerakan kontraksi ini massa bagian luar banyak yang tertinggal, sehingga terbentuklah bintang-bintang. Bintang-bintang ini kemudian berkontraksi melepaskan energi dan panas, setelah sekian lama mempunyai bentuk yang tetap, sepertimatahari kita.
3. Terbentuknya Tatasurya, ada beberapa teori tentang terbentuknya tatasurya,
a. Hipotesis Nebuler, Laplace mengatakan bahwa ttatasurya terbentuk dari kondensasi massa awan panas atau massa kabut yang sangat panas. Pada proses kondensasi tersebut massa kabut gas yang jauh dari pusat tertinggal, tidak tertarik kearah pusat. Setelah mendingin pusat massa menjadi bintang dan massa yang tertinggal mengelilingi matahari menjadi planet atau benda angkasa lain.
b. Hipotesis planettensial, Chamberlain dan Moulton mengemukakan bahwa pembentukan system tatasurya tidak berasal dari satu massa, tetapi dua massa kabut yang saling berdekatan akan menimbulkan gaya tarik-menarik, akibatnya sebagian massa dari kedua massa kabut gas tersebut terlepas dan setelah mendingin terbentuk benda-benda kecil yang padat.
c. Hipotesis Tidal, James Jeans dan Harold Jeffreys mengemukakan bahwa planet dan benda-benda angkasa lainnya merupakan percikan dari matahari. Tidal ini terjadi karena ada dua buah matahari yang bergerak saling mendekat, maka terjadi gaya gaya tarik-menarik maka terjadilah percikan-percikan dari matahari tersebut di atas. Tidal-tidal inilah yang kemudian menjadi planet-planet dan benda angkasa lainnya.
4. Bagian-bagian Tatasurya,
*. Matahari, sangat penting bagi kehidupan di bumi karena menjadi sumber energi, mengontrol peredaran planet, terjadinya siang-malam, pergantian hari, minggu, bulan dan tahun.
*. Merkurius, planet ini merupakan planet yang paling dekat dengan matahari.
*. Venus ( bintang Kejora), planet yang permukaannya bersifat memantulkan cahaya matahari.
*. Bumi, adalah bagian dari bumi yang di dalamnya dijumpai organisme hidup.
*. Mars (Planet Merah), planet yang warnanya kemerahan akibat dari oksida besi yang banyak terdapat dipermukaannya.
*. Yupiter, Planet terbesar dalam tatasurya, rotasinya tercepat. Gavitasi 2,64 kali gravitasi bumi.
*. Saturnus, planet ini memiliki keunikan tersendiri karena memiliki suatu lingkaran berbentuk cincin yang dikenal dengan “cincin saturnus”.
*. Uranus, planet yang hanya bisa terlihat dengan menggunakan teleskop karena jarak yang cukup jauh dari matahari dan ukuran yang tidak cukup besar. Rotasinya berlawanan dengan rotasi bumi.
*. Neptunus, planet yang dilihat dari bumi nampak kebiru-biruan.
*. Pluto, planet ini merupakan planet terjauh terjauh dari matahari.
5. Benda-benda angkasa lain
1. Asteroid, merupakan benda angkasa kecil mirip planet jumlahnya ribuan.
2. Komet, benda angkasa yang menampakkan ekornya yang panjang ketika melintas di dekat bumi. Apabila komet bergerak mendekat ke matahari ekornya menjauh dari matahari, sebaliknya apabila komet bergerak menjauh dari matahari ekornya tetap menjauh dari matahari. Hal ini akibat angin matahari.
3. Meteor, benda angkasa yang memasuki atmosfer bumi disebut meteorid, sedangkan peristiwa pemijaran disebut meteor,. Meteoroid yang tidak terbakar dan sampai ke permukaan bumi disebut meteorit.
4. Satelit, merupakan pengiring planet. Satelit beredar mengelilingi planet, disamping berputar pada porosnya. Bersama planet satelit mengitari matahari. Satelit yang paling dikenal adalah bulan, satelit bumi.



Alam semesta

Universum - C. Flammarion, Woodcut, Paris 1888, Coloration : Heikenwaelder Hugo, Wien 1998
Alam semesta merujuk kepada kesemua benda yang wujud, sama ada dapat dilihat (pepejal), atau tidak dapat dilihat (udara). Benda-benda di dalam alam semesta dapat di bagikan kepada dua kumpulan utama, yaitu benda hidup dan benda bukan hidup. Sebahagian pakar sains percaya bahwa Alam Semesta bermula dengan satu letupan besar yang membentuk ruang, masa, tenaga, dan jirim. Dalam Alam Semesta terdapat kelompok-kelompok galaksi yang teramat besar yang dikenali sebagai Kelompok agung, yang terdiri dari kelompok-kelompok galaksi yang lebih kecil.
Dalam kelompok galaksi yang lebih kecil daripada Kelompok agung, di mana kita berada dikenali sebagai Kelompok tempatan. Terdapat 30 galaksi termasuk Bima Sakti yang telah dikenal pasti, beredar mengelilingi pusat Kelompok tempatan. Dalam setiap galaksi dianggarkan terdapat pula 100,000 juta bintang dan pada kebiasaannya setiap galaksi berbentuk leper dan tebal sedikit dibagian tengah seperti piring dengan saiz diameter 100,000 tahun cahaya.Bagaimana pun terdapat galaksi berbentuk lingkaran, lingkaran berpalang, elips, bentuk tak seragam.
Setiap galaksi berputar mengelilingi pusat galaksi, dan ini termasuk sistem suria yang terletak di dua per tiga ke tepi galaksi Bima Sakti, kira-kira 30 ribu tahun cahaya dari pusat. Sistem suria mengambil masa 220 juta tahun untuk melengkapi satu edaran mengelilingi pusat galaksi Bima Sakti. Dalam Sistem suria pula kesemua sembilan planet beredar mengelilingi matahari. Sesetengah planet di sistem suria memiliki bulan yang beredar mengelilingi mereka.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta
Sekilas Perjalanan Alam Semesta
Alam semesta merupakan sebuah daerah yang sangat besar, terisi dengan banyak hal yang bisa mengejutkan kita, termasuk hal-hal yang jauh dari bayangan kita. Teori kosmologi modern dimulai oleh Friedman pada tahun 1920 dan dikenal juga sebagai model kosmologi standar. Model kosmologi standar dimulai dengan prinsip dalam skala besar alam semesta homogen dan isotropis serta pengamat tidak berada pada posisi yang istimewa di alam semesta. Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta seharusnya mengembang dalam jangka waktu berhingga, dimulai dari keadaan yang sangat panas dan padat.
Bintang merupakan salah satu objek yang bisa langsung dikenali saat kita melihat langit, tentu saja disamping bulan dan planet. Bintang sendiri memiliki beberapa tipe dan kelas, namun seringnya saat melihat bintang, kita akan langsung membandingkannya dengan Matahari. Bintang-bintang yang ada di langit terikat satu sama lainnya dalam suatu ikatan gravitasi yang membentuk galaksi Bima Sakti. Tapi Bima Sakti bukanlah satu-satunya galaksi yang ada di alam semesta. Bima Sakti hanya merupakan satu dari miliaran galaksi yang ada dalam observable universe, yakni seluruh lokasi yang telah mempengaruhi kita semenjak munculnya big bang, dengan asumsi kecepatan cahaya berhingga. Secara umum ada 3 model alam semesta yang dikenal, yakni alam semesta tertutup, alam semesta datar dan alam semesta mengembang. Yang menarik adalah, pada tahun 1929 Edwin Hubble menemukan kalau galaksi-galaksi jauh bergerak saling menjauh satu sama lainnya, dan memberikan adanya gambaran kalau alam semesta ternyata tidak tetap melainkan mengembang.
Namun sesungguhnya, alam semesta yang kita lihat saat ini berbeda jauh dengan masa lalu. Jika manusia mengalami yang namanya pertumbuhan dari bayi sampai dewasa, alam semesta juga demikian. Di awal sejarahnya, alam semesta merupakan daerah yang sangat panas dan padat. Suatu keadaan yang berbeda jauh dari alam semesta yang ada saat ini yang sudah sangat layak menjadi tempat hunia. Jika kita menelaah ke masa lalu, maka akan ditemukan pada saat awal sejarah alam semesta, keadaanya yang panas tidak memungkinkan adanya atom, karena elektron bergerak bebas dan pada keadaan yang lebih awal lagi, nuklei terpisah menjadi proton dan netron, dan alam semesta merupakan plasma yang luar biasa panas yang terdiri dari partikel-partikel sub nuklir. Jika kita telusuri lebih jauh lagi ke awal alam semesta maka akan ditemukan kalau alam semesta memiliki titik awal yang dikenal sebagai dentuman besar atau ledakan besar.
Jika gambaran besar alam semesta kita majukan dari Big Bang, maka akan kita temukan kalau alam semesta mengembang dari plasma yang panas dan padat menjadi alam semesta yang cukup dingin yang terlihat saat ini. Namun dalam sejarah pengembangannya, ada beberapa periode singkat saat alam semesta masih berusia sekitar 1 menit dimana proton dan netron tersintesis menjadi nuklei ( helium, deutrium, dan lithium, bersamaan dengan proton-proton tunggal yang membentuk nukeli hidrogen). Kemudian elektron bergabung dengan nuklei membentuk atom saat alam semesta berusia sekitar 370 000 tahun. Pada titik inilah alam semesta menjadi transparan dan dari radiasi foton yang lepas kita bisa mendapatkan informasi tentang alam semesta.
Pada saat alam semesta mengembang panjang gelombang mengalami pergeseran menjadi lebih panjang, sehingga temperatur radiasi menurun sampai sekitar 3 derajat Kelvin, membentuk apa yang kita kenal sebagai cosmic microwave background (CMB). CMB sendiri bisa dinyatakan sebagai emisi yang datang dari alam semesta yang masih sangat muda dan partikel berada dalam keadaan setimbang termodinamik sempurna. CMB menjadi sangat penting, karena CMB merupakan petunjuk yang membawa informasi alam semesta dini. Hasil CMB menunjukkan adanya homogenitas atau keseragaman yang tinggi dalam distribusi temperatur alam semesta.
Isi alam semesta sendiri cukup beragam, bukan hanya apa yang bisa terlihat. Dari yang terdeteksi, ternyata alam semesta ini 5% terdiri dari materi (atom yang membentuk bintang, gas, debu, dan planet). Dan ada 25 % dari alam semesta yang terisi oleh materi gelap, partikel baru yang bahkan beum bisa dideteksi oleh laboratorium manapun di bumi ini. Sementara 70% alam semesta diisi oleh energi gelap, yang terdistribusi merata dan energi ini pun masih menjadi sbeuah misteri yang tak terpecahkan bagi dunia sains. Energi gelap diperkirakan merupakan energi vakum yang tak terpisahkan dari ruang waktu atau mungkin bisa juga sesuatu yang jauh lebih eksotik dari itu.
Tampaknya model Big Bang konvensional memberikan suatu keselarasan dengan hasil observasi, selama kita memberikan suatu kondisi awal yang spesifik pada awal alam semesta yakni : alam semesta yang mengembang dengan kerapatan yang sama di semua titik dalam ruang, namun ada gangguan kecil yang menyebabkan alam semesta berkembang ke keadaan sekarang. Mengapa demikian? Dari model kosmologi standar terdapat dua permasalahan besar yakni masalah horison dan masalah kurvatur alam semesta. Semakin dini alam semesta, kerapatannya akan mendekati kerapatan kritis, maka berapapun kerapatan alam semesta sekarang, pada alam semesta dini perbedaan keraptannya haruslah sangat kecil. Kalau tidak, maka kita tidak akan bisa menjumpai alam semesta pada keadaan sekarang. Jika perbedaannya besar, maka untuk model alam semesta tertutup, alam semesta sudah mengalami kehancuran besar atau big crunch dan untuk model alam semesta mengembang, temperatur 3 Kelvin telah dicapai sebelum saat ini.
Sedangkan masalah horison berkaitan dengan batas sesuatu yang bisa diamati dengan yang belum teramati. Intinya, dari CMB kita temukan adanya keseragaman temperatur. Nah temperatur ini bisa seragam tentu karena adanya komunikasi antara partikel-partikel dalam alam semesta. Namun setelah kita telusuri jejak ke masa lalu, ternyata horison itu kecil dan menunjukkan kalau setelah big bang dan alam semesta mengembang partikel-partikel yang awalnya bisa saling berkomunikasi akan tidak bisa saling berkomunikasi lagi karena berada di luar horison tersebut. Nah bagaimana supaya partikel-partikel tersebut bisa saling berkomunikasi? Jawabannya perbesar horison, nah jawaban yang memungkinkan untuk kedua masalah ini adalah adanya inflasi alam semesta.
Apa itu Inflasi? Inflasi alam semesta merupakan pengembangan alam semesta secara eksponensial dalam waktu yang sangat singkat saat alam semesta dini. Bahkan satu kedipan matapun lebih lambat dari inflasi alam semesta. Inflasi terjadi dalam waktu kurang dari 1 detik. Cepat sekali bukan? Mengapa perlu adanya inflasi? Inflasi diperlukan untuk memecahkan masalah kurvatur alam semesta maupun masalah horizon. Dengan adanya inflasi maka horizon alam semesta bisa diperbesar sampai keadaan dimana partikel-partikel berada dalam lingkup horizon dan bisa slaing berkomunkiasi. Selain itu dengan pengembangan alam semesta secara tiba-tiba (eksponensial) maka setelah alam semesta mengalami inflasi, setelah tiu ia akan mengembang mengikuti model standar dan pada akhirnya bisa mencapai keadaan saat ini, Tanpa inflasi evolusi alam semesta mungkin sudah mencapai masa akhirnya (kehancuran besar untuk alam semesta tertutup) atau kondisi dimana temperature alam semesta mencapai suhu 3 K terjadi jauh sebelum sekarang. Namun sampai saat ini belum ada model inflasi yang pasti. Berbagai model inflasi masih terus dikembangkan. Alam semesta memang menyimpan segudang misteri untuk dipecahkan, namun setiap satu misteri terungkap akan muncul misteri baru. Ruang waktu seperti sebuah jajaran teka teki yang menanti manusia untuk mengisi setiap jawaban.
http://simplyvie.wordpress.com/2006/09/13/sekilas-perjalanan-alam-semesta/







DAFTAR PUSTAKA

Aryana, Putu, dkk. 2005. ILMU ALAMIAH DASAR (IAD). Singaraja. IKIP Singaraja.
Suwidjajana, Mekir. S. ILMU ALAMIAH DASAR (Kumpulan Bahan Kuliah). Denpasar. Universitas Udayana.
ALAM SEMESTA. http://simplyvie.wordpress.com/2006/09/13/sekilas-perjalanan-alam-semesta/. 6 April 2009.
Sekilas PerjalananAlam Semesta.http://ms.wikipedia.org/wiki/Alam_semesta. 6 April 2009
BUMI. http://ms.wikipedia.org/wiki/Bumi. 6 April 2009.


Penulis : Dewa Nyoman Sugiana Putra yasa





Sabtu, 06 Maret 2010

semantik wacana

SEMANTIK WACANA

KELOMPOK III
Moderator dan Penyaji 1 : Komang Ayu Purnama Dewi (0712011007)
Penyaji 2 : Dewa Nyoman Sugiana Putrayasa (0712011025)
Penyaji 3 : Masliana agustini (0712011094)
Penyaji 4 : Ni Putu willia Natasari (0712011004)

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan seni
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja
2008


BAB II
PEMBAHASAN

21. Pengertian Semantik Wacana
Secara etimologi Semantik wacana berasal dari kata semantik dan wacana. Semantik adalah ilmu arti kata atau pengetahuan mengenai seluk beluk dan pergeseran arti kata-kata (KBBI, 1984 : 903), sedangkan menurut Hawthorn (1992) wacana adalah komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana bentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya.
Semantik wacana adalah sistem makna dalam tingkat wacana dengan tidak meninggalkan unsur-unsur semantik yang berada di tingkat leksikogramatika dan fonologi atau grafologi. Justru semantik wacana ini merupakan akumulasi makna yang dibangun dari tempat fonologi atau grafologi dan leksikogramatika dalam konteks situasi dan konteks kultural tertentu. Oleh karena itu semantik wacana merupakan makna-makna yang muncul dalam suatu konfigurasi aspek atau variabel konteks situasi yaitu medan, pelibat, dan sarana, sekaligus fungsi bahasanya pada level wacana. Dalam membahas semantik wacana ketiga variable register ini memungkinkan terjadinya tumpang tindih dari aspek yang satu dengan aspek yang lain. Hal ini bisa terjadi karena dalam merealisasikan makna yang holistik ketiga variable tersebut bekerja secara simultan kedalam bentuk ekspresi yang sama yaitu teks.

22. Struktur Teks
Struktur teks merupakan satu kesatuan bentuk (simbol atau tekstual) dan makna (ekperiensal, logis dan retoris atau interpersonal) suatu teks yang secara keseluruhan menunjukan tujuan atau fungsi sosial teks. Secara umum satu kesatuan bentuk dan makna teks ini menunjukan suatu organisme (bukan sebagai bagian) yang terdiri dari struktur pembukaan (opening), isi (body), dan penutup (closing). Artinya, secara simultan ketiga struktur tersebut membentuk suatu organism makna untuk mencapai fungsi atau tujuan social suatu teks. Dengan demikian struktur teks ini merupakan realisasi dari struktur generik genre. Artinya, ketiga struktur tersebut (Pembukaan, isi dan penutup) lebih merupakan sistem pentahapan ditingkat teks untuk mencapai tujuan sosial teks. Perbedaannya dengan pentahapan atau struktur generik genre ialah kalau struktur generik atau pentahapan pada genre seluruhnya bersifat wajib, sedangkan pentahapan pada teks atau struktur teks (karena konteks situasi tertentu) memungkinkan mempunyai struktur obsional atau tambahan, yang secara keseluruhan struktur tambahan yang bersifat situasional ini tidak merubah fungsi sosial teks. Kemudian layaknya struktur generik genre, karena setiap teks mempunyai tujuan atau fungsi sosial yang berbeda-beda, maka setiap organisme tersebut mempunyai fungsi retoris yang berbeda-beda pada setiap teks menurut tujuan sosialnya serta konteks situasinya. Suatu misal, teks editorial disuatu surat kabar akan memulai dengan tesis,dan dilanjutkan dengan argument satu sisi dan pengulangan pernyataan tesisnya atau editorial tersebut memulai dengan suatu isu yang kemudian dilihat dari berbagai sisi dan diakhiri dengan kesimpulan serta saran. Teks lain seperti cerita (rekon) pada sutu berita Koran, misalnya, akan mempunyai struktur teks yang berbeda. Struktur teks berita Koran biasanya dimulai dengan orientasi kemudian disusul dengan urutan kejadiannya, dan mungkin diakhiri dengan reorientasi yang bersifat opsional.
Contoh :




Ismapet Gelar Diklat Kewirausahaan
Solo (Epsos)
Ikatan Senat Mahasiswa Perternakan Indonesia (Ismapet) wilayah Jateng dan DIY, bersama Himpunan Mahasiswa Produksi Ternak Appaloosa Fakultas Pertanian UNS menggelar pendidikan latihan (Diklat) kewirausahaan yang diadakan selama dua hari (31 Maret-1 April).
Diklat yang digelar di Ruang Sidang IV Gedung Rektorat UNS itu bertujuan membekali mahasiswa perternakan, khususnya produksi ternak agar memiliki jiwa kewirausahaan sehingga mampu mengembangkan ilmunya.
“Lewat Diklat ini diharapkan bisa terpacu untuk menjadi peternak sekaligus usahawan handal” kata salah satu panitia, Achmad Ridwan, sabtu (31/3). Diklat diikuti 45 utusan dari 13 perguruan tinggi swasta dan perguruan tinggi negeri di Jateng-DIY.
Disamping itu struktur umum pembukaan, isi, dan penutup tidak selalu hadir dalam sebuah teks, seperti contoh teks “Berbahaya”, misalnya yang tertulis di setiap gardu listrik. Teks ini hanya berupa isi tanpa pembukaan dan penutup, dalam hal ini dapat dikatakan teks bukan hanya produk, tetapi juga merupakan proses yang berarti pembukaan dan penutup dapat direkonstuksi sendiri oleh partisipan melalui sebuah interaksi.
Perlu diketahui pula bahwa struktur teks mengisyaratkan gendrenya. Perbedaannya karena struktur teks terdapat pada konteks situasi,pentahapan yang ada yang dimiliki suatu teks merupakan bagian yang utuh teks tersebut. Sementara itu untuk menginterpretasi suatu teks ke dalam genre tertentu perlu dilihat kecenderungan umum struktur pentahapannya dan tujuan atau fungsi social sebuah teks. Dengan demikian teks hanya memiliki satu fungsi social sehingga satu teks hanya mempunyai satu genre. Bisa saja di dalam sebuah pentahapannya, di dalam struktur isi, misalnya sebuah teks tertentu seolah-olah juga melakukan fungsi sosial yang lain dengan fungsi sosial genrenya. Akan tetapi, fungsi lain itu masih merupakan kerangka melaksanakan fungsi retoris fungsi teks secara umum. Oleh karena itu, kita tidak bisa mengatakan bahwa teks itu dapat digolongkan menjadi dua genre atau lebih. Contohnya, walaupun sama-sama di dalam satu Koran, berita-beritanya diklasifikasikan ke dalam beberapa kolom. Misalnya di harian Kompas, terdapat kolom berita head lines, olah raga, ekonomi dan bisnis, dan lain sebagainya. Disamping itu kolom juga dibedakan menurut panjang-pendek dan besar-kecil kolom itu sendiri. Kolom bisa panjang dan besar seperti pada berita headlines, tetapi bisa kecil dan pendek seperti pada berita di dalam lintas, baik lintas daerah maupun mancanegara. Hal ini disebabkan karena headlines dalam sebuah Koran memiliki sipat yang penting sehingga mendapat tempat atau kolom yang lebih panjang dan besar.




23. Tekstur
Tekstur merupakan satu kesatuan bentuk dan makna yang terbentuk antara unsur-unsur kohesi, leksikogramatika, dan fonologi atau grafologi. Perpaduan ketiga aspek tersebut terbentuk dari unit-unit makna terkecil : Fonologi atau grafologi yang secara akumulatif membentuk unit makna yang lebih besar melalui leksikogramatika dan kohesi.
Secara keseluruhan tekstur akan memberikan ciri-ciri kohesi serta leksikogramatika dan fonologi atau grafologi pada suatu teks yang khas dan unik, yang bersama struktur teks merealisasikan tujuan sosial teks. Karena suatu teks mempunyai tujuan sosial tertentu, dan untuk merealisasikan tujuan sosialnya teks mempunyai struktur teks tertentu, maka teks mempunyai tekstur tertentu pula. Dalam konteks seperti ini, sering tekstur disamakan dengan ciri-ciri kebahasaan (linguistic features) suatu tipe teks tertentu. Misalnya, teks berita diatas akan mempunyai tekstur yang dominan seperti : Kohesi yang berkenaan dengan waktu (Baik secara implisit maupun eksplisit) untuk merealisasikan urutan kejadian, di tingkat klausa mempunyai proses materi dan proses prilaku (untuk merealisasikan kejadian), proses verbal dan pelaku verbal (Untuk merealisasikan sumber berita atau informan) agar jurnalis tetap objektif dan tidak beropini, makna klausanya adalah proposisi (Tetapi bukan yang untuk menyatakan probabilitas, dan bukan proposal (Obligasi dan inklinasi) karena proposal untuk berpendapat. Struktur tema klausa di dalam teks tersebut mempunya vertical unmarked-nya yang berorientasi pada partisipan, dan tema topical marked yang berorientasi pada tempat dan waktu, serta tidak ada tema interpersonal karena tema ini akan membuat jurnalis beropini. Klausa dan grupnya (Nomina, verba, dan adjuncpt) bisa simpleks atau kompleks, dan leksisinya bisa kongruen dan inkongruen, karena gaya bahasa berita umumnya ada diantara lisan dan tulis.

Adapun aspek leksikogramatika yang akan dibahas antara lain :
1. Kohesi
Kohesi, menurut Halliday digunakan untuk menentukan pertautan antara makna dan bentuk, yang dimaksud disini adalah pertautan makna ideasional, eksperihensial dan logis di dalam urutan kejadian sebuah teks (hal ini disebabkan bahwa bentuk merupakan symbol yang merealisasikan makna) oleh karena itu, kohesi disini mempresentasikan makna pengalaman dan makna logisnya. Bersama dengan struktur teks kohesi menjadikan bahasa sebagai teks dalam konteks situasi dan kultural tertentu. Terdapat dua macam kohesi dalam suatu teks antara lain, kohesi gramatika yang merupakan pertautan logis bentuk dan makna sebagai hasil dari hubungan gramatika baik di dalam maupun antar klausa. Kemudian ada yang disebut juga kohesi leksikal yang mengungkap hubungan leksikal yang digunakan dalam teks
2. Kohesi gramatika
a. Item rujukan, yang umumnya merupakan pronominal yang digunakan untuk merujuk atau ide baik secara anakoris, kataforis dan endoforis. Misalnya, aku, ku, dia dan mereka dll.
b. Subsitusi, Merupakan pergantian sebagian konstituen dalam klausa ke dalam bentuk gramatika. Secara gramatika kontituen klausa yang biasanya diganti adalah predikat atau konplemennya yang didasarkan atas efisiensi berbahasa. Misalnya, Tuti memenangkan pertandingan, dan juga Tono juga merupakan contoh model konstitusi.
c. Elips, merupakan system kohesi penghilangan kontituen gratika. Penghilangan ini bisa sebagian atau keseluruhan. Misalnya
A : Siapa namamu ?
B : Tono.
B : Tono merupakan bentuk elips karena seharusnya kalimat lengkapnya adalah nama saya Tono.
d. Konjungsi, setiap bahasa umumnya mempunyai dua jenis konjungsi yaitu konjungsi internal yang dipakai yang merupakan konjungsi yang menghubungkan ide yang terdapat diantara dua klausa simpleks dalam paragraph. Konjungsi internal yang biasa dipakai adalah akan tetapi. Sedangkan, kondisi eksternal merupakan konjungsi yang menghubungkan du aide dalam satu klausa kompleks. Konjungsi yang biasa dipakai adalah “tetapi”
Dalam teks konjungsi internal sering digunakan dalam ragam tulis sedangkan konjungsi eksternal digunakan dalam bahasa lisan.
Secara logiko-semantik konjungsi dibedakan menjadi tiga yaitu elaborasi ekstensi dan enhansi yang masing-masing mempunyai jenis eksternal dan internal. Secara eksternal elaborasi merupakan konjungsi independen yang artinya klausa yang satu memberikan penjelasan klausa yang lain. Contoh konjungsi ini dalam bahasa tulis adalah tanda baca sedangkan dalam bahasa lisan adalah jeda. Contohnya : dia seorang dokter yang sangat ahli diagnosanya selalu sukses. Konjungsi yang kedua adalah ektensi yang merupakan konjungsi yang menghubungkan dua ide yang satu memperluas yang lainnya dengan cara menambah mengkontraskan. Konjungsi yang biasa dipakai dan atau, tetapi. Contohnya : Dia ingin sekali menjadi dokter, tetapi ia tidak mempunya biaya, (Konjungsi dengan cara mengkontraskan). Konjungsi yang ketiga adalah enhansi yang merupakan konjungsi yang menghubungkan du aide dengan menjamakkannya dengan waktu, sebab akibat, kondisi, tujuan, dan konsesi. Penjamakan dengan waktu misalnya sebelum pawai dimulai Gubernur membuka pesta itu.
Secara internal enhasi sebab akibat dapat direalisasikan kedalam kata sambung.
Contohnya: cintanya kepada pacarnya sangat besar. Oleh karena itu ia marah ssekali ketika ada orang hyang menggoda pacarnmya.
Konjungsi enhansi kondisi ini menghubungkan du aide yang sstu menjadi konjungsi yang lainnya.
Contohnya : Jika mereka mengikuti nasehat saya mereka akan sukses.
Konjungsi enhansi tujuan menghubungkan du aide bahwa yang satu dikerjakan untuk mencapai ide yang lainnya.
Contohnya : Ia menjamu tamunya dengan baik sekali agar dia mendapat pujian.
3. Kohesi leksikal
Seperti yang dikatakan sebelumnya kohesi leksikal merupakan system kohesi hubungan leksikal yang terdapat dalam suatu teks. Hubungan tersebut bisa bersifat taksonomis maupun non taksonomis.
1. Kohesi Taksonomis
Secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu super ordinasi dan komposisi.
- Super ordinasi
Merupakan hubungan anatar leksis yang bersifat superordinatif dan sub ordinarif, yang dihasilkan oleh suatu pengklasifikasian fenomena alam maupun social yang umumnya lebih secara ilmiah, walaupun tidak berarti pengklasifikasian berdasarkan akal sehat tidak berlaku, meskipun kadar klasifikasinya berbeda. Aad dua macam super ordinasi yaitu inklusi (pengelompokkan dan similarity (kesamaan). Inklusi meliputi hiponimi dan kohiponimi.
Contoh hiponimi (yang menunjukkan bahwa beberapa realitas fisik termasuk dalam kelompik jenis tertentu) :
Mamalia-harimau, kuda, sapi, dll.
Contoh kohiponimi (hubungan antara realitas fisik yang sejenis) ;
Harimau, kuda, sapi dll.
Similarity merupakan hubungan antar realitas fisik atau social yang bersifat menyamakan atau membedakan. Similarity mempunyai tiga macam yaitu Antonimi, Repetisi dan senonimi.
Antonimi bersifat berlawanan antara realitas. Natonimi terbagi dalam dua jenis yaitu
• Konfersi (berlawanan) : Jual-beli, besar-kecil dll.
• Non-relasional : satu, dua, tiga…
Repetisi ialah pengulangan realitas yang sama dengan leksis yang sama pula misalnya gurun-gurun.
Sementara sinonim merupakan pengekspresian realitas yang sama dengan leksis yang berbeeda misalnya bisa-dapat.
-. Komposisi
Merupakan hubungan kohesip yang bersifat keseluruhan dan bagian. Komposisi bisa bersifat kolektifitas yaitu hubungan antara kelompok dengan anggotanya, missal Kebun-tanaman. Kemudian komposisi juga bisa bersifat konsistensi yaitu hubungan antara benda dan materialnya, misalnya : kursi-kayu. Akhirnya komposisi juga bersifat konstituen yaitu hubungahn anatara sesuatu denagn elemennya. Selanjutnya hubungan anatara sesuatu dengan elemennya disebut meronomi, sedangkan hubungan antara elemen dengan elemen disebut komeroni, misalnya:
Meronomi : organisasi – ketua
Co-meronemi : Ketua-sekretaris-anggoata.
2. Kohesi leksikal non-taksonomis
Kohesi ini berorientasi pada aktifitas yang terjadi pada medannya. Ada dua macam kohesi jenis ini, yaitu :
• Nuklir eksperiensial
Kohesi ini dikembangkan melalaui hubungan antar niuklir atau inti dengan perieperinya dalam tingkatan klausa, kelompok verba, kelompok nomina. Ada dua macam kohesi ini yaitu eksistensi yang merupakan hubungan yang bersifat menambah ide misalnya membuat-kue. Dan enhasi yang mempunyai hubunagn yang bersifat memodiofikasi misalnya berenang –dilaut.
• Harapan aktifitas
Kohesi jenis ini lebih merupakan urutan aktifitas yang dilakukan oleh partisipan dalam suatu kejadian. Oleh karena itu, kohesi ini juga sering disebut dengan urutan aktifitas. Ada dua macam urutan aktifitas, yaitu urutan aktifitas yang ditandai dengan urutan waktu kejadian, dan urutan konsekuensial yang ditandai dengan hubungan logis. Misalnya,
Urutan kegiatan : masuk kantor pos – minta layanan – minta perangko – memperoleh perangko – membayar – pulang.
Konsekuensial ; sakit flu – pergi ke dokter – mendapat obat – minum obat – sembuh .
Harapan aktifitas inilah yang sering digunakan untuk membantu merekonstruksi struktur teks, karena di dalam kohesi ini bagian-bagiannya dapat mengilhami apakah suatu ia masuk pembukaan, isi, ataupun penutup dengan fungsi retorisnya.



















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan semantik wacana, diantaranya,
1. Semantik wacana adalah sistem makna dalam tingkat wacana dengan tidak meninggalkan unsur-unsur semantik yang berada di tingkat leksikogramatika dan fonologi atau grafologi
2. Struktur teks merupakan satu kesatuan bentuk (simbol atau tekstual) dan makna (ekperiensal, logis dan retoris atau interpersonal) suatu teks yang secara keseluruhan menunjukan tujuan atau fungsi sosial teks.
3. Tekstur merupakan satu kesatuan bentuk dan makna yang terbentuk antara unsur-unsur kohesi, leksikogramatika, dan fonologi atau grafologi.
3.2 Saran-Saran
Memahami sebuah wacana, tidaklah cukup hanya dengan membacanya. Jadi, sebagai seorang mahasiswa khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya, harus mengetahui terlebih dahulu apa itu wacana, dan bagaimana struktur teks dalam sebuah wacana.

kamus istilah bahasa indonesia

A
Ablaut : Perubahan vikal yang kita temukan dala bahasa indo jerman untuk menandai pelbagai fungsi gramatikal.
Absolutisme : Paham penilaian karya sastra yang didasarkan pada paham-paham di luar sastra seperti: politik, moral, atau ukuran-ukuran tertentu.
Acuan : Sesuatu yang diacu oleh pesan yang disampaikan pada penerima. Acuan dapat berupa benda, orang, situasi maupun konteks.
Adjektiva : Kata yang memberikan keterangan yang lebih khusus tentag sesuatu yang dinyatakan oleh nomina dalam kalimat.
Adverbia : Kata yang menjelaskan verba, adjektiva, atau adverbia lain.
Afek : Penilaian (assessment, evaluation dan judgement) antar partisipan di dalam teks.
Afiksasi : Proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.
Akar (root) : Istilah yang digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh/bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya.
Akronim : hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata.
Aksi : Kejadian yang mengawali aksi utama dalam sebuh cerita/narasi)
Aksi komplikasi : Kejadian utama atau kejadian puncak cerita
Alih kode : Beralihnya penggunaan suatu kode (antar bahasa ataupun ragam bahasa tertentu) kedalam kode yang lain (bahasa atau ragam bahasa lain).
Aliterasi : Gaya bahasa yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya
Alofon : Bunyi-bunyi yang merupakan realisasi dari fonem.
Alomorf : Nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya.
Alur (plot) : Cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara segala akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Ambigu : konstruksi yang bisa bermakna ganda sebagai akibat dari tafsiran gramatikal yang berbeda.
Anafora : Peranti dalam bahasa untuk membuat rujuk silang dengan hal atau kata yang telah dinyatakan sebelumnya.
Analisis formal : Salah satu metode yang meninjau karya sastra dari segi yang tampak oleh mata tanpa dihubungkan dengan penilaian apa yang diungkapkan dengan bentuk itu.
Analogi : Kesamaan pola pembentukan berdasarkan contoh.
Antonim : Hubungan semantik atau antonimi antara dua buah satuan ujaran yang maknanya menyatakan kebalikan, pertentangan, atau kontras antara yang satu dengan yang lain.
Antonomasia : Gaya bahasa perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang yang sesuai dengan sifat orang tersebut.
Antropolinguistik : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor antropologis.
Apositif : Frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya, oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.
Apresiasi : Upaya atau proses menikmati, memahami dan menghargai suatu karya sastra secara kritis, sehingga menumbuhkan pengertianm penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Asidenton :Merupakan gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederajat secara berturut-turut tanpa kata penghubung.
Asosiatif : Makna yang dimiliki sebuah leksem berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa.
Aspek : Cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses.
Aspek perfektif : Salah satu jenis aspek yang memberikan pengetahuan tentang keberlangsungan suatu kejadian dalam pertuturan.
Aukifonem : Suatu fonem yang bisa memiliki dua wujud dalam peristilahan linguistik.








B
Bahasa : alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi, yang di hasilkan oleh alat ucap manusia.
Base : Istilah morfologi yang digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi.
Biografi : Cerita tentang hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain.
Bloking (Kajian morfologi) : Tidak adanya sebuah bentuk yang seharusnya ada karena adanya bentuk lain



C
Campur kode : Interferensi dari bahasa satu ke bahasa yang lain. Penutur menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai bahasa tertentu.
Catatan harian : Catataan seseorang tentang dirinya atau lingkungannya yang ditulis secara teratur.
Cerpen : Cerita pendek yang memuat kisah sebagian hidup tokohnya.





D
Denotatif : Makna asli, makna asal atau makna sebenarnya yang dimiliki sebuah leksem
Deklinasi: Perubahan atau penyesuaian pada nomina dan ajektif
Derivatif (dervasional) : Proses pembentukan kata baru,kata yang identitas leksikalnya tidak sam dengan kata dasarnya.
Deiksis : Kata yang tidak memiliki referen atau acuan yang tetap.
Dialek : Variasi bahasa oleh sekelompok anggota masyarakat pada waktu dan tempat tertentu.
Dialektologi : Sub disiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan geografis.
Diatesis : Gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu.
Diftong : Vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapan.
Diglosia : Suatu situasi bahasa di mana terdapat pembagian fungsional atas variasi-variasi bahasa atau bahasa-bahasa yang ada di masyarakat.
Disfemia : Ungkapan atau nilai rasa yang sifatnya memperkasar perasaan.
Drama : Cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan dengan menggunakan percakapan dan action pada pentas di hadapan penonton (audience).
Dwitransitif : Verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara tiga maujud.

E
Efektif : Makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna efektif lebih nyata terada dalam bahasa lisan.
Ekatransitif : Verba transitif yang mengungkapkan hubungan antara dua maujud lain.
Eksoforik : Hal ataupun fungsi yang menunjukkan kembali kepada sesuatu yang ada di luar daripada sebuah situasi.( merujuk kepada hal-hal yang di luar daripada konteks.)
Eksosentrik : Frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya.
Ektensi : Konjungsi yang menghubungkan dua ide yang satu memperluas yang lainnya dengan cara menambah mengkontraskan.
Elaborasi : Konjungsi independen yang artinya klausa yang satu memberikan penjelasan klausa yang lain.
Elips : Sistem kohesi penghilangan kontituen gratika. Penghilangan ini bisa sebagian atau keseluruhan.
Elipsis : Peniadaan kata atau satuan lain yang ujud asalnya dapat diramalkan dari konteks bahasa atau konteks luar bahasa
Endosentrik : Frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksias yang sama dengan keseluruhannya.
Enhansi : Konjungsi yang menghubungkan du aide dengan menjamakkannya dengan waktu, sebab akibat, kondisi, tujuan, dan konsesi.
Epigrafi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitan dengan tulisan kuno pada prasasti.
Epizeukis : Gaya bahasa repitisi yang bersifat langsung dari kata-kata yang dipentingkan dan diulang beberapa sebagai penegasan
Eponim : Gaya bahasa yang dipergunakan oleh seseorang untuk menyebutkan suatu hal atau nama dengan menghubungkan dengan sesuatu berdasarkan sifatnya
Esai : Karangan pendek mengenai suatu masalah yang kebetulan menarik perhatian untuk diselidiki dan dibahas.
Estetika Resepsi : Estetika(ilmu keindahan) yang didasarkan pada tanggapan-tanggapan atau resepsi-resepsi pembaca terhadap karya sastra.
Etimologi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari sejarah dan asal usul kata.
Etnolinguistik : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor etnis.
Etologi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan alat komunikasi yang digunakan oleh binatang.



F
Filologi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari naskah-naskah lama dalam rangka untuk mengetahui latar belakang kebudayaan masyarakat pemakainya.
Fonologi : subdisiplin linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum.
Fonem : Satuan bunyi terkecil dari arus ujaran
Fonemenik : Cabang fonologi yang mengkaji bunyi yang memiliki fungsi sebagai pembeda makna.
Fonetik : Cabang fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut memiliki fungsi pembeda makna atau tidak.
Fonetik Interdisipliner : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan ilmu yang lain yaitu fisika.
Fonotaktik : Kaidah yang mengatur penjejeran fonem dalam satu morfem.
Fokus : Unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu.
Frase : Satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif (hubungan antara kedua unsur yang membentuk frase tidak berstruktur subjek - predikat atau predikat - objek), atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
Frase apositif : Kedua komponen saling merujuk, urutan dapat dipertukarkan.
Frase Koordinatif : Frase yang dihubungkan oleh konjungsi koordinatif dan sederajat.
Frase parataksis : frase yang tidak menggunakan konjungsi secara eksplisit..









G
Gaya bahasa : Cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, Cara khas itu dapat berupa kalimat-kalimat yang dihasilkannya, menjadi hidup.
Genre : Realisasi suatu prototipe proses sosial verbal.
Gugus : Gabungan dua konsonan atau lebih yang termasuk dalam satu suku kata yang sama.
Gurindam : Satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh.






H
Hikayat : Salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng.
Hiperbola : Gaya bahasa yang sifatnya melebih-lebihkan suatu kenyataan.
Hiponimi : Hubungan sematik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercakup dalam makna bentuk ujaran yang lain.
Homofoni : Adanya kesamaan bunyi antara dua satuan ujaran tanpa memperhatikan ejaan.
Homografi : Mengacu pada bentuk ujaran yang sama ortografinya atau ejaannya tetapi ucapan dan maknanya tidak sama.
Homonimi : 2 buah kata atau satuan ujaran yang bentuknya “kebetulan” sama; maknanya tentu saja berbeda, karena masing-masing merupakan kata atau bentuk ujaran yang berlainan.





I
Idialek : variasi yang bersifat perseorangan
Idiom : Satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
Imbuhan : Morfem peristilahan yang biasanya hanya dipakai sebagai tambahan pada kata dasar atau kata akar.
Implikatur : Implikasi makna yang tersirat dalam suatu tuturan yang disertai konteks, meskipun makna itu bukan merupakan bagian atau pemenuhan dari apa yang dituturkan.
Inferensi : Proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat dalam wacana yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis.
Infiks : Afiks yang disisipkan ditengah mengubah morfem utuh menjadi morfem terbagi.
Infleksinal : Paradigma tentang sebuah kata yang memiliki identitas leksikal sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan kategori garamatikalnya. Inflektif tidak membentuk kata baru.
Interferensi : Perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual.
Interfiks : Infiks/elemen penyambung yang muncul dalam proses penggabungan dua buah unsur.
Interupsi : Gaya bahasa penegasan dengan mempergunakan kata-kata yang disisipkan di antara kalimat pokok agar lebih menjelaskan kalimat sebelumnya.
Istilah : Kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu dan memberikan suatu pengertian yang dapat diketahui secara khusus ataupun umum.






K
Kala : Informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, atau pengalaman yang disebutkan di dalam predikat
Kalimat : Satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final.
Kalimat dasar : kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif.
Kalimat efektif : Kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca atau pendengar seperti apa yang ada dalam pikiran penulis atau pembicara
Kalimat majemuk : Kalimat yang terdapat lebih dari satu klausa
Kalimat tunggal : Kalimat yang hanya mempunyai satu klausa.
Karya sastra : Alat penyampaian ide-ide imajinatif pengarang yang berfungsi sebagai hiburan yang di dalamnya terdapat pesan-pesan khusus yang berguna menambah pengalaman batin pembacanya.
Karmina : Pantun "versi pendek" (hanya dua baris)
Kata : Satuan bahasa yang memilii satu pengertian,deretan huruf yang diapit dua buah spasi dan mempunyai satu arti.
Katafora : Rujuk silang terhadap anteseden yang ada dibelakangnya.
Kata penuh : Kata yang mempunyai makna, merupakan kelas terbuka, dapat berdiri sendiri sebagai satuan (nomina, verba, adjektiva, numeralia).
Kata tugas : Kata yang tidak punya makna, tidak punya kemungkinan mengalami proses morfologi kelas tertutup, tidak dapat berdiri sendiri (konjungsi, proposisi).
Kelogisan : Ide kalimat dapat diterima oleh akal dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kepaduan : Pernyataan dalam kalimat itu tiak terpecah-pecah, bertele-tele.
Kepararelan : Kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat, artinta, dalam kalimat yang mmpunyai pemerian atau uraian kalau bentuk pertama menggunakan kata benda maka bentuk kedua dan seterusnya harus menggunakan kata benda.
Keparalelan bentuk : Penggunaan unsur-unsur atau bentuk yang sama dalam kalimat.
Kesepadanan : Keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Ketegasan : Suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat.
Klausa : Satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkonstruksi predikatif.
Klimaks : Gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut, semakin lama semakin memuncak.
Klitika : Bentuk singakat terdiri satu silabel,muncul dalam pertuturan melekat pada bentuk lain,tetapi dapat dipisahkan.
Koda : Penyelesaian konflik dalam sebuh cerita/narasi, akhir sebuah cerita.
Kode : Keseluruhan tanda dan aturan-aturan kombinasinya. Kode harus berdasarkan konvensi agar dapat dipahami oleh penerima.
Koherensi : Interpretasi atas masing-masing kalimat yang dihubungkan dengan interpretasi kalimat-kalimat lainnya.
Kohesi : Hubungan di antara ayat di dalam sebuah wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun dari segi tingkat leksikal tertentu.
Koloaktif : Makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya.
Komposisi : Hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.
Komunikasi : Pengiriman atau penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Konfiks : Afiks yang berupa morfem terbagi
Konflik : Dasar drama berupa pertentangan yang dialami tokoh sebagai respon atas
timbulnya kekuatan-kekuatan dramatis
Konjungsi : Kata yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf
Konotatif : Makna yang “ditambahkan” pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut.
Konsep : Konfigurasi pengetahuan yang dapat diperoleh atau diaktifkan dengan sedikit banyak kesatuan dan konsistensi dalam pikiran.
Konseptual : Makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun.
Kontak : Mengevaluasi penggunaan bahasa yang sedang digunakan di dalam teks tersebut.
Kontur : Bagian arus ujaran yang diapit oleh dua kesenyapan.
Konyugasi: Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba
Koordinatif : Frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif.
Kritik : Analisis untuk menilai suatu karya seni atau karya sastra.
Kritik Sastra : Studi sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung, menganalisis, menginterpretasi, memberi komentar, dan memberikan penilaian



L
Label linier : Susunan linier dari suatu teks untuk mengetahui tekstur teks itu sendiri.
Lague : Keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak.
Latar (setting) : Landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Leksikal : Makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun.
Leksikografi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari cara-cara menyusun kamus.
Linguistik : Ilmu yang menyelidiki system bahasa pada waktu tertentu.
Literer : Metode penilaian karya sastra secara objektif berdasarkan hakikatnya (bentuk dan isi), tidak dapat diukur dengan ukuran subjektif kritikus/ sastrawan sendiri.




M
Medan (field) : Merujuk pada apa yang sedang terjadi, sifat-sifat proses sosial yang terjadi : apa yang sedang dilakukan oleh partisipan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Medan Makna : Seperangkat unsur leksikal yang maknannya saling berhubungan.
Memoar : Otobiografi tentang sebagian pengalaman hidup saja.
Metafora : Gaya bahasa perbandingan atau analogi dengan membandingkan dua hal secara langsung tetapi dengan cara yang singkat dan padat
Metonemia : Suatu bentuk simbolisasi suatu tanda dalam menyampaikan pesan dengan menampilkan fungsi referensialnya.
Minor : Kalimat yang klausanya tidak lengkap, entah hanya terdiri subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja; konteksnya bisa berupa konteks kalimat, konteks situasi, atau juga topik pembicaraan.
Modalitas : Keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau juga sikap terhadap lawan bicaranya.
Modifikasi internal : Proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap.
Modus : Pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembaca atau sikap si pembicara tentang apa yang diungkapkannya.
Morf : Nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya
Morfem : Bentuk yang sama,yang terdapat berulanh-ulang dalam satuan bentuk yang lain.
Morfem bebas : Morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan.
Morfem Terikat : Morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan.
Morfologi : Bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata baik secara gramatukal maupun leksikal.
Morfofonemik : Berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis baik afiksasi,reduplikasi maupun komposisi.
Mayor : Kalimat yang mempunyai klausa lengkap, sekurang-kurangnya ada unsur subjek dan predikat.
N
Nada : Suprasegmental yang diukur berdasarkan kenyaringan suatu segmen dalam suatu arus ujaran
Nonverbal : Kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.
Novel : Suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta dengan adegan nyata representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang kacau atau kusut.
Numeralia : Kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud(orang, binatang, atau barang) dan konsep.

O
Objek : Konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif.
Otobiografi : Biografi yang ditulis oleh tokohnya sendiri.
Orientasi : Mengidentifikasi tentang cerita yang akan disampaikan.






P
Paleografi : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan pendeskripsian tulisan-tulisan kuno yang berasal dari abad pertengahan.
Pantun : Salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara.
Paradigma infleksinal : Sebuah kata yang memiliki identitas leksikal sama hanya bentuknya yang berbeda yang disesuaikan dengan kategori garamatikalnya.
Paradigmatik : Hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan.
Paragraf : Suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi dan lebih luas dari kalimat.
Parloe : Sifatnya konkret karena parloe tidak lain daripada realitas fisis yang berbeda dari yang satu dengan orang lain.
Pelaku : Peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat.
Pelibat (tenor) : Merujuk pada siapa yang berperan di dalam kejadian social tersebut, sifat-sifat partisipan, termasuk status serta peran sosial yang dipegangnya.
Pemendekan : Proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya.
Pemfokusan : Pemusatan perhatian pada bagian kalimat tertentu.
Penerima : Yang menerima pesan, dapat terdiri dari satu orang, khalayak ramai, kelompok tertentu, binatang maupun mesin.
Pengalam : Peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat.
Penggalan : Kependekan berupa pengekalan satu atau dua suku pertama dari bentuk yang dipendekkan itu
Penggantian : Pengambilan alihan atau pertukaran bagi sesuatu segmen kata, frasa atau klausa oleh kata ganti yang lainnya.
Pengirim : Yang menyampaikan pesan, dapat terdiri dari satu orang (individu), satu kelompok orang, misalnya suatu perusahaan, institusi atau pemerintah.
Penokohan : Pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita
Pergeseran fonem : Pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu kesilabel yang lain.
Personifikasi : Gaya bahasa yang memandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Perspektivisme : Paham penilaian karya sastra dari berbagai perspektif tempat, waktu, dan sudut pandang sehingga karya sastra bisa dinilai dari waktu terbitnya dan pada masa berikutnya.
Perujukan : Merujuk kepada unsur sebelum atau selepas yang berkaitan dengan hubungan semantik.
Peruntung : Peserta yang beruntung dan yang memeroleh manfaat dari keadaan, peristiwa, atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat.
Pesan : Objek komunikasi, terdiri dari serangkaian informasi yang disampaikan.
Phenomenologi : Metode yang menganalisis lapis-lapis norma dalam karya sastra. Lapis norma itu mulai dari lapis terendah berupa lapis suara/ bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia implisit hingga lapis metafisika sebagai lapis tertinggi.
Pleonastis (pleonasme) : Pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu.
Pragmatik : Ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda dan penggunaannya.
Predikat (P) : Bagian kalimat yang memberi tahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan bagaimana S (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Prefiks : Afiks yang diimbuhkan dimuka bentuk dasar.
Produktivitas : Dapat tidaknya proses pembentukan kata itu digunakan berulang-ulang secara relative tak terbatas (ada kemungkinan menambah bentuk baru dari proses tersebut).
Prototipe : Bentuk yang dijadikan acuan atau dasar dalam pembentukan istilah.
Psikolinguistik : Satu teori pembelajaran berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai satu sistem tabiat dan kemampuan yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.




R
Reduplikasi : Proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi
Register : Variasi bahasa berdasarkan penggunaannya, berbeda dengan dialek, yang merupakan variasi bahasa berdasarkan penggunanya.
Relasi : Hubungan antar konsep yang tampil bersama dalam dunia teks
Relasi Makna : Hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa lainnya.
Relativisme : Paham penilaian yang didasarkan pada tempat dan waktu terbitnya karya sastra (penilaian karya sastra tidak sama di semua tempat dan waktu.
Repetisi : Gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang suatu kata secara berturut-turut dalam suatu kalimat atau wacana.
Resolusi : Hasil dari kejadian utama dalam sebuh cerita/narasi)
Referensi : Hubungan antar satuan bahasa dan maujud yang meliputi benda atau hal yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa itu.
Roman : Karangan prosa yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing.






S
Saluran komunikasi : Sarana lalu lintasnya komunikasi, kadang-kadang cukup dengan indera manusia (komunikasi langsung), kadang juga menggunakan alak teknik. Pesan dapat disampaikan melalui penglihatan, misalnya tulisan, gambar, film, foto dan seterusnya. Pesan dapat juga disampaikan melalui pendengaran, seperti suara manusia, telepon, musik, dan lain-lain.
Sampiran : Dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak.
Sarana (mode) : Merujuk pada bagian mana yang diperankan oleh bahasa, apa yang diharapkan partisipan dengan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu.
Sasaran : Peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat.
Sastra : Hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Segmental : Morfem yang terbentuk oleh fonem segmental (semua morfem berwujud bunyi)
Sejarah : Cerita tentang zaman lampau suatu masyarakat berdasarkan sumber tertulis maupun tidak tertulis
Sejarah sastra : Studi sastra yang membicarakan lahirnya kesusastraan Indonesia modern, sejarah sastra membicarakan sejarah jenis sastra, membicarakan periode-periode sastra, dan sebagainya
Semantik : Ilmu yang mempelajari makna kata leksikal dan gramatikal
Semiotik : Ilmu yang mempelajari tanda, lambing, dan simbol.
Signifian : Citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran (bentuk),
Signifie : Pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita (makna).
Silabels : Satuan runtutan bunyi yang ditandai dengan satu satuan bunyi yang paling nyaring yang dapat disertai atau tidak oleh sebuah bunyi lain di depannya, di belakangnya atau sekaligus keduanya.
Simbolik : Majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain sebagai symbol atau perlambang.
Simile : Gaya bahasa yang memandingkan dua hal yang hakekatnya berbeda dan sengaja dianggap sama.
Semiotik : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan lambang atau simbol.
Sinonim : Hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satu satuan ujaran lainnya.
Sintagmatik : Hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun secara berurutan, bersifat linear.
Sintaksis : Bidang tataran linguistik yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsure-unsur lain sebagai satuan.
Sirkumfiks : Sebutan afiks yang bukan konfiks/afiks Nasal.
Skemata : Teori tentang pengetahuan, tentang bagaimana pengetahuan disajikan, dan tentang bagaimana sajian itu memberikan kemudahan dalam memahami pengetahuan itu.\
Sosiolinguistik : Subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan faktor kemasyarakatan atau faktor sosial.
Status : Membahas hubungan status sosial/hubungan peran partisipannya.
Stem : Istilah morfologi yang digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi.
Stilistika : Makna yang berkenaan dengan pembedaan penggunaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial atau bidang kegiatan.
Subjek (S) : Bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan.
Substitusi : Proses atau hasil penggantian unsur bahasa oleh unsur lain dalam satuan yang lebih besar untuk memperoleh unsur-unsur pembeda atau untuk menjelaskan suatu struktur tertentu.
Sudut pandang : Posisi pencerita (pengarang) terhadap kisah yang diceritakannya.
Sufiks : Afiks yang diimbuhkan pada posisi akhir.
Suku Kata : Bagian kata yang diucapkan dalam satu hembusan napas dan umumnya terdiri dari beberapa fonem.
Superordinasi : Hubungan anatar leksis yang bersifat superordinatif dan sub ordinarif, yang dihasilkan oleh suatu pengklasifikasian fenomena alam maupun social yang umumnya lebih secara ilmiah, walaupun tidak berarti pengklasifikasian berdasarkan akal sehat tidak berlaku, meskipun kadar klasifikasinya berbeda.
Superordinat : Penggunaan kata yang lebih khusus atau 'hiponim' kepada kata yang lebih umum atau dikenali sebagai 'hiperonim'.
Suplemasi : Proses perubahan yang ekstrem karena cirri-ciri bentuk dasar tidak tampak lagi.
Suprasegmental : Morfem yangdibentukunsur-unsur suprasegmental seperti tekanan,nada,durasi.







T
Takrif : Frasa nomina yeng mengacu kesesuatu secara khusus yang dapat diidentifikasi.
Taktakrif : Frasa nomina yang mengacu pada maujud secara umum atau pada sesuatu yang belum diidentifikasi oleh pembicara.
Talibun : Pantun "versi panjang" (enam baris atau lebih).
Tata istilah : Seperangkat peraturan pembentukan istilah dan kumpulan istilah yang dihasilkannya.
Tata nama : Seperangkat peraturan penamaan dalam beberapa cabang ilmu dan kumpulan nama yang dihasilkannya.
Tekanan : Ciri-ciri suprasegmental yang menyertai bunyi ujaran.
Teks : Sepotong bahasa lisan atau tertulis.
Tekstur : Satu kesatuan bentuk dan makna yang terbentuk antara unsur-unsur kohesi, leksikogramatika, dan fonologi atau grafologi.
Tempo : Waktu yang diperlukan untuk melafalkan suatu arus ujaran.
Teori sastra : Bidang studi sastra yang berhubungan dengan teori kesusastraan, seperti studi tentang apakah kesusastraan itu, bagaimana unsur-unsur atau lapis-lapis normanya; studi tentang jenis sastra (genre ), yaitu apakah jenis sastra dan masalah umum yang berhubungan dengan jenis sastra, kemungkinan dan kriteria untuk membedakan jenis sastra, dan sebagainya.
Topik : Proposisi yang berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan atau pembahasan.
Tranfiks : Afiks yang berwujud vokal-vokal yang dimbuhkan pada keseluruhan dasar
Transkripsi : Pengubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lai, dengan tujuan menyarankan lafal bunyi unsur bahasa yang bersangkutan.







U
Umlaut : Perubahan vokal sedemikian rupa sehingga menyebabkan vokal menjadi yang lebih tinggi akibat vokal yang brikutnya lebih tinggi.
Umpan balik : Reaksi dari Penerima dari pesan yang disampaikan dan mengirimkan kembali gagasan yang diterimanya. Dan apabila umpan balik yang dikirimkan sama arti atau maksud yang diinginkan oleh Pengirim, maka dikatakan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
Ungkapan : Perkataan atau kelompok kata yang khusus untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan
Ungkapan tabu : Ungkapan yang tidak boleh digunakan dalam suasana tertentu, terutama dalam hubungannya dengan kepercayaaan.
Unit motivasional : Bagian terkecil integral yang melengkapi adegan dalam lakon/drama, yang mana pola motivasional tetap tak berubah.





V
Verba Majemuk : Verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu kata dengan kata yang lain.
Verbal : Kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verba.
Verba Transitif : Menyatakan peristiwa yang melibatkan dua maujud atau entitas yang dapat menjadi tiik tolak untuk memerikan peristiwa itu baik dengan menggunakan verba aktif maupun verba pasif.
Vokal : Bunyi bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga faktor yaitu tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir pada pembentukan vokal itu.
W
Wacana : Satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi dan terbesar.